Eksplorasi 4 Pulau | Day 2 : Pengamatan Pulau Rambut




Dihari yang kedua, setelah menghabiskan sarapan pagi yang cukup lezat. Kami bersiap untuk menyambangi Pulau Rambut. Sekitar pukul delapan, perahu kayu kecil yang kami tumpangi mulai berlayar di atas air laut yang tenang. Sebagai grup yang kedua, saat aku tiba di pulau rambut, aku melihat beberapa teman-temanku sedang asyik bermain pasir dan berenang di pinggir pantai.

Segera setelah semua anggota grup tiba, kami memulai eksplorasi di Pulau Rambut. Walaupun matahari terlihat cerah, aku merasa cukup kedinginan, karena angin berhembus cukup kencang. Untung saja, pagi ini aku membawa jaket. Langsung saja ku pakai jaket dan sepatu boots yang sudah aku siapkan dari rumah.

Kakak pemandu, menyarankan agar kami menggunakan septu boots, demi keamanan kami. Karena di tempat yang akan kami kunjungi, terdapat beberapa ikan beracun yang suka berkamuflase menyerupai batu karang.

Saat eksplorasi di pesisir pantai Pulau Rambut, kami menemukan Timun Laut. Berbentuk seperti Lintah, namun ukurannya lebih besar. Ada juga Bintang Laut, yang tangan dan kakinya memiliki duri.
Timun Laut, Pic: Kak Ali


Akupun baru mengetahui ada jenis rumput laut, yang biasa disebut sebagai anggur laut rasa anggur lautnya. Mungkin karena bentuknya seperti yang seperti anggur, walaupun bulirnya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan anggur yang biasa aku liat di pasar. Lebih menyerupai telur ikan berwarna hijau yang menempel di ranting pohon yang juga berwarna hijau. Saat aku masukan bulir kecilnya kemulutku, terasa asin namun crunchy.

Anggur Laut, Pic: Kak Ali


Jam dipergelangan tanganku menunjukan pukul 10:46 saat kami memutuskan untuk kembali. Dalam perjalanan pulang, kami menemukan ikan gabus yang keluar dari dalam bamboo, terlihat 7-10 ekor ikan berenang di genangan air yang dangkal. Tidak membuang kesempatan, kami pun mulai menangkap ikan-ikan tersebut untuk bahan makan siang kami.

Setelah tiba di deretan pasir putih dengan genangan air dan banyak terdapat bebatuan, kami beristirahat dan bermain. Sambil menunggu kaos kaki kami kering, karena tadi air laut yang cukup tinggi sempat memasuki sepatu boots kami.

Aku dan teman-temanku bermain lompat batu di genangan air laut di dekat kami. Temanku Kaysan berhasil melakukan 7 lompatan batu, sedangkan Tata sanggup melewati 5 lompatan batu.

Saat mendekati daerah Pos penjagaan, kami menemukan banyak sekali sampah plastik. Sedih sekali saat melihat pantai yang indah ini, dipenuhi oleh sampah. Timbul keinginan kami untuk melakukan bersih-bersih pantai.
Pic: Kak Ali
Kami pun mulai mencari kayu dan mengolah ikan gabus yang tadi kami tangkap. Tidak berapa lama ikan gabus yang kami bakar, mulai mengeluarkan aroma yang menggoda. Walaupun sesungguhnya aku tidak pernah suka ikan, namun siang itu, aku ikut memakannya. Kami makan siang bersama di dekat pos penjaga pulau rambut.


Setelah makan Bersama beberapa dari kami ada yang tertidur, ada juga yang hanya duduk-duduk beristihat, dan beberapa bermain di kapal. Tidak berapa lama, kami ingat akan pantai yang kotor dan mulai membersihkan sampah-sampah di bibir pantai Pulau Rambut. Sampah kami pilah, ada plastic yang bisa didaur ulang, pecahan beling yang membahayakan, Styrofoam yang sangat sulit terurai.

Tidak berapa lama, perahu kayu jemputan kami datang. Setelah tiba di Mess BKSD kami beristirahat dan membersihkan diri.
 
Di sore harinya aku, Tata, Anja, dan Andini pergi mencari warga sekitar untuk di wawancarai. Kami pergi secara berkelompok. Masing-masing kelompok berpencar untuk mencari warga sekitar. Saat diperjalanan kami bertemu dengan anak yang bersekolah di PKBM 37 yang kami kunjungi di hari sebelumnya. Ternyata mereka masih mengenal kami, terlihat dari bagaimana cara mereka menyapa kami. Kami pun membalas sapaan hangat mereka.

Setelah berkeliling, hanya Tata dan Anja yang bisa mendekati warga untuk di wawancarai. Di perjalanan kembali kami bertemu lagi dengan anak sekolah yang kami temui sebelumnya. Tapi kali ini mereka bersama dengan Michelle, Ratri, Katya, dan Trisha. Berempat mereka pergi mencari warga untuk di wawancarai. Saat melewati Mess BKSD ada Andini yang masih belum menemukan warga yang dapat di wawancarai. Akhirnya Andini ikut bergabung dengan mereka.

Dalam perjalanan pulang berkeliling disekitar pemukiman warga. Kami bertiga, sengaja memilih untuk melewati pelabuhan dengan harapan kami dapat menemukan warga yang dapat aku wawancarai.

Ternyata harapan kami berbuah hasil, aku berhasil mendekati salah seorang warga, Dengan tangan gemetar karena gugup aku berbincang dengan Bapak Mulyadi.

“Hai, selamat siang pak, saya Kezia. Boleh minta waktu untuk berbincang?” Tanyaku, sembari mengeluarkan buku jurnal dan pensil mekanik.

“Oh, silahkan dek” Jawab si Bapak. Sambil memperhatikan aku yang dengan gugup menekan pinsil.
Kenapa, pinsil ini harus patah di saat yang tidak tepat’, gumamku dalam hati.

Setelah mengumpulkan sedikit keberanian yang ada. Aku mulai bertanya pada si Bapak, “Pak, saya diberi tugas untuk berkenalan dengan warga disekitar pelabuhan ini. Jadi, sedikit banyak saya akan kepo pada bapak. Semoga bapak berkenan”.

Bapat itu hanya tersenyum mendengarnya. “Boleh saya tau nama bapak?” tanyaku, lebih lanjut”.
“Adek boleh panggil saya, Pak Mulyadi’, jawabnya.

“Tolong ceritakan lebih banyak tentang tempat tinggal, pekerjaan dan keluarga bapak”.
“Saat ini saya tinggal di daerah sekitar pelabuhan dek, di Pulau Untung Jawa RT 02 RW 02. Aslinya saya orang Jakarta Timur. Dulu pekerjaan saya nelayan, namun setelah ikan mulai berkurang, saya beralih profesi mejadi tukang doking kapal”

“Doking kapal itu apa pak?” tanya saya ingin tau.
“Itu loh dek, kalo ada lambung kapal yang bolong, mesin kapal yang rusak, atau perbaikan lain yang diperlukan oleh suatu kapal. Kapal harus ditarik kedarat untuk diperbaiki. Selama proses perbaikan itulah yang dinamakan doking kapal”

“Ohh.. gitu pak, sepertinya seru juga ya, pekerjaaan bapak. Bagaimana dengan keluarga, apakah bapak sudah memiliki anak?” Tanya saya.
“Ada dek, anak saya lima, semuanya bersekolah di Jakarta. Saya juga masih punya satu istri”
“Wahh, terima kasih banyak ya pak, sudah mau menjawab pertanyaan kepo saya. Maaf sudah merepotkan bapak, saya permisi dulu pak”.





Temanku Tata dan Anja sudah menyelesaikan tugasnya. Mewawancarai 2 warga disekitar Pulau Untung Jawa. Tugasku belum selesai, aku harus bisa mendapatkan satu orang lagi.
Matahari yang mulai tenggelam membuat kami memutuskan untuk kembali ke Base Camp kami, Mess BKSD.

Sesampainya di Mess, saya melihat Michelle dan teman yang lain sedang berkumpul dengan anak-anak yang bersekolah di PKBM 37, yang sebelumnya menyapa kami. Aku pun mendekati salah satu dari mereka dan memberanikan diriku membuka percakapan.

“Hai, aku namaku Kezia. Tapi, aku biasa dipanggil Ceca. Nama kamu siapa?” Tanyaku
“Aku Razka”, jawab anak permpuan berhijab tersebut.
“Hai Razka, kelihatannya kita seumuran. Aku dua belas tahun, usia kamu berapa ya?”
“Aku sebelas kak” jawabnya.
“Kamu lagi cari seseorang?”
“Iya kak, kami ingin bertemu dengan Kakak yang ganteng”
‘Hah, kakak yang ganteng? Siapa yang dia maksud’ pikiranku mulai mengira-ngira siapa diantara temanku yang mereka maksud.
“Siapa ya?” Tanyaku tidak mengerti.
“Itu orangnya” sambil menunjuk pada Fakhri dan Syauqi.
Aku pun mengalihkan pembicaraan, “Oh ya Razka, kalo lagi santai kamu suka melakukan apa”.
“Apa ya… Aku suka menggambar”
“Wah… sama dong, aku juga suka gambar. Kalo sudah besar nanti aku pengen jadi Fashion designer, Kalo kamu, cita-cita kamu saat besar nanti, ingin jadi apa?”
“Aku pengen jadi Pramugari Kak. Cantik, tinggi, jalan-jalan keluar negeri sambil dibayar, pokoknya keren deh” Jawab Razka dengan muka sumringah.
“Wah hebat kamu, aku doakan semoga cita-cita kamu tercapai ya”.



Terdengar suara Adzan Magrib dari Mushola di dekat Mess kami. Teman-teman muslimku mengajak Razka dan teman-temannya untuk Sholat berjamaah. Sedangkan, kami yang tidak Sholat menunggu di kamar. Selesai sholat, kami mengundang Razka dan teman-temannya untuk makan malam bersama.

Selesai makan malam Rezka dan teman-temannya, kembali kerumah masng-masing. Saat kami kembali ke Mess, kami bertemu dengan orang tua dari teman Rezka. Bapak itu marah-marah karena anaknya tidak ada dirumah saat hari sudah gelap. Menurut sang bapak, anaknya pergi tanpa meminta ijinnya.

Aku sempat heran, karena saat kami berbincang dengan Razka dan teman-teman, kami sempat menyarankan agar mereka tidak main sampai malam. Dan jawaban mereka saat itu, mereka sudah ijin pada orang tua. Tapi, kenyataannya…

Setelah mengerti duduk perkaranya, bapak tersebut kembali kerumahnya. Dan kami, melanjutkan bincang-bincang dengan Kakak-Kakak Mentor, yang dilanjut dengan melakukan Refleksi Jurnal.

Posting Komentar

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates