Eksplorasi 4 Pulau | Day 1 : Bye Jakarta, Welcome Pulau Untung Jawa




Pagi ini aku terbangun, matahari masih belum terbit sepenuhnya, udara dingin menyentuh kulitku. Jam di dinding kamarku, menunjukan pukul 5.30. Langsung saja aku terjaga, teringat bahwa hari ini aku harus tiba pagi-pagi sekali di Pelabuhan Sunda Kelapa. 

Hari ini sudah kutunggu lama sekali. Hari dimana aku dan teman-teman Pramuka Oase akan mengadakan Eksplorasi 4 Pulau di Kepulauan Seribu.
Air di pagi hari itu terasa sangat dingin dan segar, membuat aku terjaga sepenuhnya. Setelah selesai membersihkan diri dan ganti baju aku memakai sepatu dan mulai menggendong tas carrier merah kesayanganku. 

Dengan menggunakan sepeda motor, aku dan mama menuju Pelabuhan Sunda Kelapa. Sebenarnya, perjalanan dari rumah kami menuju tempat tujuan hanya memakan waktu 30 menit. Namun, karena kami harus mampir membeli sarapan, dan sempat nyasar, perjalanannya menjadi lebih lama setengah jam.
Dok Pri

Anginnya terasa dingin karna kita ngebut agar tidak telat. Langitnya juga masih berwana ungu bercampur biru. Sampai di gerbang Pelabuhan Sunda Kelapa, kami memarkir motor. Lalu kami berjalan menuju lokasi sandar Kapal Sabuk Nusantara 66. Setelah tiba di dermaga aku menyempatkan diri menyapa teman-teman, lalu aku menaruh Carrier yang cukup membebani punggungku, dan menyempatkan diri untuk berfoto bersama.

Tidak berapa lama nama kami dipanggil oleh Crew Kapal, itulah tanda bahwa kami harus mulai meninggalkan dermaga. Satu persatu kami pun menaiki Kapal. Ternyata acara foto-foto masih berlanjut hingga saat kami berada diatas dek kapal.
Sebelum kapal berlayar, kami diminta untuk memasuki buritan. Kami pun mulai masuk, setelah sebelumnya, kami semua mengucapkan selamat tinggal kepada para orang tua.

Tepat  pukul 08.00, kapal Sabuk Nusantara 66 berlayar. Kapal yang kami naiki cukup mewah jika dibandingkan dengan kapal-kapal yang biasa digunakan untuk menuju ke Kepulauan Seribu. Dilantai paling bawah terdapat kasur tingkat yang bisa digunakan oleh para penumpang untuk merebahkan badan. Dilantai dua, deretan kursi yang cukup nyaman bisa digunakan oleh penumpang kapal yang ingin bersosialisasi.

Selama perjalaanan diatas kapal, kami ditugaskan untuk berkenalan dan menggali informasi dari teman seperjalanan kami. Sahabatku Trisha, langsung menemukan orang yang bisa dia ajak bicara. Trisha terlihat begitu percaya diri dan mengajukan pertanyaan yang tepat. Sementara, aku sendiri, karena ini pengalaman pertamaku, aku sangat gugup. Entah dari mana datangnya keberanianku, saat akhirnya aku menemukan Pak Jumadi. Tepat sebelum kapal kami berlabuh, aku sempat berincang dengan beliau.
Pic: Kak Ali

Pak Jumadi adalah seorang pengantar barang, perjalanannya kali ini adalah bagian dari pekerjaannya. Dari tempat kerjanya di daerah Jakarta Timur, Pak Jumadi harus mengatarkan barang untuk pelangganya di Pulau Pramuka. Sebagai seorang Ayah dari dua orang Putra, menurutku Pak Jumadi adalah seorang pekerja keras yang sangat bertanggung Jawab dengan keluarganya.
Oh iya, di atas kapal, kami juga sempat bertemu dengan pemandu Pramuka OASE tahun lalu. Aku sendiri tidak terlalu mengenalnya, karena saat itu, aku belum bergabung dengan Pramuka OASE. Dari percakapan yang aku dengar, aku jadi tahu bahwa beliau bekerja sebagai Kepala sekolah di sebuah TK di Pulau Untung Jawa.


Kebetulan, lokasi pertama yang kami tuju adalah Pulau Untung Jawa. Jadi, kami pun mampir ke sekolah tempat beliau bekerja, yang bernama PKBM 37 JAKARTA, untuk mengucapkan salam dan berfoto bersama. Ternyata, tempat tersebut bukan hanya digunakan sebagai TK, namun di fungsikan juga sebagai PAUD, SD, Madrasah, dan juga sebagai Asrama.

Setelah ramah tamah, kami melanjutkan perjalanan menuju Mess BKSD, yang akan dijadikan sebagai Base Camp kami selama dua hari kedepan. Setelah berjalan beberapa menit dan melawati taman bermain anak, kami tiba di Mess BKSD. Walaupun di sebut Mess tempatnya tidak terlalu luas, lebih seperti apartemen tipe studio yang berjejer kesamping.
Kamar yang cukup nyaman, di lengkapi dengan AC, membuat aku ingin cepat-cepat merebahkan diri dan beristirahat. Setelah melewati perjalanan panjang yang penuh beban dari carrier yang aku bawa, lebay mode on.  

Satu jam aku beistirahat, taman-teman memanggil dan mengajak untuk minum es kelapa di warung kelapa dibelakang Mess. Kelapa yang diberikan pada kami sudah tidak bisa disebut kelapa muda, karena dagingnya keras dan airnya terasa tawar. Meskipun begitu harga cukup mahal, dua puluh ribu per satu butir. Kami memesan 2 buah es kelapa, dan membayar dengan uang regu yang sudah dibagikan sebelumnya.
Pic: Kak Ali

Tidak berapa lama, mentor kami, Kak Lala dan Kak Shanty memanggil kami untuk berkumpul dan makan siang bersama. Selesai makan siang, kami menyempatkan diri bermain sebentar. Sebelum akhirnya kami kembali dipanggil untuk bersiap menuju Pulau rambut.

Sebagai dua kelompok yang pertama siap, kelompokku, Dublop dan kelompok Anjing Laut, menaiki perahu kayu kecil yang dilengkapi mesin diesel, untuk berlayar dari Pulau Untung Jawa menuju Pulau Rambut.

Selama perjalanan, aku membiarkan tanganku bermain di Air laut yang bersih. Warnanya biru tua menandakan airnya sangat dalam. Semakin mendekati tepian pantai, airnya berubah warna menjadi biru muda dan menjadi lebih jernih. Bahkan aku bisa melihat ikan kecil yang berenang di sekitar perahu kami.


Pic: Kak Ali

Setelah sampai di Pulau Rambut kami menunggu 2 Regu yang lain, agar bisa melaksanakan pengamatan sore bersama. Kami pergi keberbagai tempat dan melihat banyak satwa. Aku juga bertemu dengan burung bluwok, cangak merah, dan juga burung kuntul yang aku tulis di jurnal sebelumnya.

Pic: Kak Ali

Tapi dari semua tempat yang kami kunjungi, yang paling menarik adalah sebuah menara besar tempat melihat satwa yang berada diatas pohon. Menaranya sangat tinggi, tangganya sempat bergetar karna kami naik ramai-ramai.

Setelah itu kami pergi ke pondok kecil tempat melihat burung. Karena letih, selama di pondok aku cuma duduk dan memperhatikan teman-temanku, melihat burung-burung dari jendela kecil.
Pic: Kak Ali


Selesai melakukan pengamatan, kami dijemput kembali oleh perahu yang sama. Setelah tiba dipulau Untung Jawa, lagi-lagi kami bermain, sebelum akhirnya makan malam bersama.
Saat melakukan jurnal refleksi, kami menerima telpon dari orang tua kami, melalui HP dari Kakak mentor. Selama ekspedisi kami tidak diperbolehkan membawa gadget. Jadi di hari pertama dan ketiga, para orang tua, diberikan kesempatan selama 3 menit untuk berbincang dengan kami.
Saat membersihakan diri sebagai perdiapan untuk tidur, aku merasakan airnya terasa sedikit asin. Dalam hati aku bertanya-tanya, inikah yang dinamakan air payau?

Posting Komentar

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates